Protected by Copyscape Website Copyright Protection

Minggu, 09 Desember 2012

Just Rumbling Gaje


Berlari tanpa henti. Meninggalkan setiap deru napas dan detak tak berbentuk.

Kaki ini, kaki kecil yang rapuh. Terus berusaha menjauh dan berharap bisa membawa tubuh kecil tak berguna ini menghilang.

Semua terlalu sulit dimengerti oleh otak kecilku. Aku hanya tahu satu, semua orang membenciku.

Tanpa teman, tanpa siapa-siapa, tanpa kasih sayang dan tanpa cinta. Entah sejak kapan satu per satu orang yang mengenalku menjauhiku.

Apa salahku? Hanya itu yang terus aku pikir. Tapi nihil, kosong, hampa. Aku tidak menemukan apa pun. Aku tidak pernah mendapatkan jawaban apa pun.

Aku tidak mengerti apa itu cinta. Aku juga tidak mengerti bagaimana mendapatkannya. Aku hanya tahu bahwa cinta bisa mengobati lukaku. Sebuah luka yang cukup besar dan perih di dadaku.

Aku telah mencoba meraihnya. Aku telah berusaha mendapatkannya. Tapi semua sama saja. Mereka meninggalkanku. Mereka menjauhiku.

Aku kecewa, aku benci semua ini, karena itu aku melawan. Aku berharap semua berakhir jika aku memberontak. Tapi ternyata lubang di dadaku semakin lebar. Dendamku semakin menumpuk dan lebih tak dipedulikan.

Aku menemukan jawaban dari kelemahanku saat aku melihatmu.

Waktu itu musim semi. Bunga Sakura yang cantik mewarnai setiap sudut jalan. Dan kau di sana. Di bawah salah satu pohon Sakura, meringkuk sendirian.

Aku tahu apa yang kaurasakan saat itu. Aku tahu bagaimana rasanya. Perih dan sangat sakit, bukan?

Saat itu aku sadar, aku tidak sendiri. Kau memiliki lubang yang sama denganku. Kau juga meminta sesuatu yang disebut cinta itu. Kau membutuhkannya untuk menyembuhkan lukamu, persis seperti aku.

Aku berjalan mendekatimu. Hanya untuk memastikan apa yang ada dipikiranku. Tapi kau menatapku ketakutan. Aku sudah biasa. Setiap orang selalu begitu padaku. Aku terus melangkah perlahan berusaha meyakinkan dirimu bahwa aku tidak akan melukaimu. Meyakinkanmu agar mau membagi luka itu bersamaku.

Aku tidak tahu mengapa. Aku hanya mengikuti naluriku. Aku hanya melakukan yang tubuhku inginkan. Saat itu aku memang gila. Tapi aku beruntung karena telah mencoba. Jika tidak, kita tidak mungkin bersama seperti ini.

Dulu, aku selalu berpikir kalau aku adalah pria paling sial di dunia ini. Manusia yang paling tidak diinginkan. Tapi kau mengubahnya. Kini, aku adalah pria paling beruntung yang pernah ada. Manusia yang sangat kau inginkan.

Setidaknya, aku bahagia setiap kau menyapaku dan tersenyum. Aku sangat bahagia saat pipimu bersemu merah setiap aku memujimu. Kau sungguh malaikat terbaik yang Tuhan kirimkan.

“Aku mencintaimu.”

Aku sangat suka saat kau mengatakan itu padaku.

Aku mencintaimu.

Cinta.

Itulah obat yang menyembuhkanku. Itu juga obat yang menyembuhkanmu.

Aku mencintaimu.

Ya, aku mencintaimu.

Terima kasih untuk obat yang telah kau berikan….


Protected by Copyscape Plagiarism Checker